Diare bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya.
Biasanya ada yang menjadi pemicu terjadinya diare. Secara umum, berikut ini
beberapa penyebab diare, yaitu:
1.
Infeksi oleh bakteri, virus atau
parasit.
2.
Alergi terhadap makanan atau obat
tertentu.
3.
Infeksi oleh bakteri atau virus yang
menyertai penyakit lain seperti: Campak, Infeksi telinga, Infeksi tenggorokan,
Malaria, dll.
4.
Pemanis buatan
Berdasar metaanalisis di seluruh dunia, setiap anak minimal
mengalami diare satu kali setiap tahun. Dari setiap lima pasien anak yang
datang karena diare, satu di antaranya akibat rotavirus. Kemudian, dari 60 anak
yang dirawat di rumah sakit akibat diare satu di antaranya juga karena
rotavirus.
Di Indonesia, sebagian besar diare pada bayi dan anak
disebabkan oleh infeksi rotavirus. Bakteri dan parasit juga dapat menyebabkan
diare. Organisme-organisme ini mengganggu proses penyerapan makanan di usus
halus. Dampaknya makanan tidak dicerna kemudian segera masuk ke usus besar.
Makanan yang tidak dicerna dan tidak diserap usus akan
menarik air dari dinding usus. Di lain pihak, pada keadaan ini proses transit
di usus menjadi sangat singkat sehingga air tidak sempat diserap oleh usus
besar. Hal inilah yang menyebabkan tinja berair pada diare.
Sebenarnya usus besar tidak hanya mengeluarkan air secara
berlebihan tapi juga elektrolit. Kehilangan cairan dan elektrolit melalui diare
ini kemudian dapat menimbulkan dehidrasi. Dehidrasi inilah yang mengancam jiwa
penderita diare.
Selain karena rotavirus, diare juga bisa terjadi akibat
kurang gizi, alergi, tidak tahan terhadap laktosa, dan sebagainya. Bayi dan
balita banyak yang memiliki intoleransi terhadap laktosa dikarenakan tubuh
tidak punya atau hanya sedikit memiliki enzim laktose yang berfungsi mencerna
laktosa yang terkandung susu sapi.
Tidak demikian dengan bayi yang menyusu ASI. Bayi tersebut
tidak akan mengalami intoleransi laktosa karena di dalam ASI terkandung enzim
laktose. Disamping itu, ASI terjamin kebersihannya karena langsung diminum
tanpa wadah seperti saat minum susu formula dengan botol dan dot.
Diare dapat merupakan efek sampingan banyak obat terutama
antibiotik. Selain itu, bahan-bahan pemanis buatan sorbitol dan manitol yang
ada dalam permen karet serta produk-produk bebas gula lainnya menimbulkan
diare.
Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki
kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak
memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.
Orang tua berperan besar dalam menentukan penyebab anak
diare. Bayi dan balita yang masih menyusui dengan ASI eksklusif umumnya jarang
diare karena tidak terkontaminasi dari luar. Namun, susu formula dan makanan
pendamping ASI dapat terkontaminasi bakteri dan virus.
Gejala Diare
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan
frekuensi 4 x atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai:
- Muntah
- Badan
lesu atau lemah
- Panas
- Tidak
nafsu makan
- Darah
dan lendir dalam kotoran
Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang
disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare,
muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan.
Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang
perut, serta gejal-gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau
kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang
menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi.
Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit
(misalnya natrium dan kalium), sehingga bayi menjadi rewel atau terjadi
gangguan irama jantung maupun perdarahan otak.
Diare seringkali disertai oleh dehidrasi (kekurangan
cairan). Dehidrasi ringan hanya menyebabkan bibir kering. Dehidrasi sedang
menyebabkan kulit keriput, mata dan ubun-ubun menjadi cekung (pada bayi yang
berumur kurang dari 18 bulan). Dehidrasi berat bisa berakibat fatal, biasanya
menyebabkan syok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar